Senin, 17 April 2017

Pintar Mengelola Keuangan Dengan Revolusi Mental





Istilah revolusi mental tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Istilah ini dipopulerkan Presiden Joko Widodo saat berkampanye sebagai calon presiden. Lalu, bagaimana kaitannya revolusi mental dengan keuangan? Apakah memang ada revolusi mental keuangan? Hampir semua orang ingin kehidupan finansialnya berkecukupan. Ingin asetnya banyak. Ingin uangnya berlimpah. Namun, tidak semua orang mampu mencapai semua itu. Yang ada hanya sebatas keinginan. Ada yang ”bermasalah” ketika hendak mengeksekusi keinginan tersebut.

Revolusi mental keuangan adalah mengubah paradigma bahwa kekayaan bisa diraih hanya dengan mengumpulkan pendapatan. Artinya, jika Anda bekerja dan memperoleh gaji dan kemudian gaji itu disisihkan untuk ditabung, pada suatu ketika aset Anda akan bertambah. Itu benar. Namun, tidak sepenuhnya benar. Kenapa? Karena dana yang disisihkan dan kemudian ditabung tidak termasuk dalam kategori produktif. Bunga tabungan bank yang Anda terima tidak lebih besar dari laju inflasi atau malah bisa lebih rendah. Dengan kata lain, akumulasi uang yang Anda miliki tidak akan memiliki daya beli sebesar sekarang.

Namun, ada yang sudah ”bermasalah” sejak ketika masih memiliki keinginan. Dan di sinilah seharusnya revolusi mental keuangan dimulai. Sejatinya harus ada ”pengelolaan keinginan”. Artinya, keinginan bukan harus semuanya dipenuhi, tetapi diseleksi lebih dahulu mana yang berkategori sebagai kebutuhan dan mana pula yang tergolong keinginan.

Oleh karena itu, jika Anda ingin mendapatkan aset besar di kemudian hari, salah satu caranya adalah dengan membuat uang Anda produktif dan bertumbuh melebihi laju inflasi. Itulah yang disebut dengan investasi. Jadi, revolusi mental keuangan prinsipnya adalah mengubah paradigma tentang keuangan, yang dimulai dari tata kelola keinginan dan juga cara mencapai tujuan keuangan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar